KBRN, Jakarta : Kepedulian Mitra Seni Indonesia (MSI) terhadap para pelaku seni, pencinta seni dan seniman berprestasi kembali diwujudkan melalui Pagelaran Seni Musik, Lagu dan Gaya “Senandung Cinta 2019” yang berlangsung di The Ballroom Djakarta Theatre, 30 Oktober 2019 malam.
Pagelaran yang didukung oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif ini dilaksanakan untuk kedua kalinya di tempat yang sama dan dikemas secara kreatif dan menarik, dengan menampilkan talenta-talenta kreatif dan berbakat. Pagelaran ini bertujuan untuk memberikan bantuan bagi para seniman yang berprestasi dalam rangka melestarikan dan mengembangkan seni dan budaya Indonesia.
Deputi Pemasaran I Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Rizki Handayani dalam sambutannya, sangat menghargai upaya-upaya yang telah dilakukan Mitra Seni Indonesia (MSI) dalam melestarikan dan mengembangkan seni dan budaya, seperti yang dilakukan dalam pagelaran kali ini.
"Pagelaran yang dikemas dengan kreatif dengan memberikan kesempatan kepada talenta-talenta kreatif untuk berperan dalam pagelaran ini," kata Rizky.
Ketua Umum Mitra Seni Indonesia Sari Ramdani menjelaskan salah satu manfaat bantuan tahun 2016 yang lalu dapat dilihat dari semakin berkembangnya Desa Jelekong Buah Batu di Jawa Barat sebagai kampung binaan seni. Dijelaskan saat itu bantuan diberikan kepada 4 orang pelukis Desa Jelekong, sehingga berhasil mendapat pendidikan selama 3 bulan beserta 20 peserta lainnya untuk mengikuti pendidikan dari Maestro Seni Lukis Sunaryo.
"Semua itu dilaksanakan dari hasil Pagelaran Senandung Cinta 2016. Menurut Sari Ramdani hingga kini desa pelukis massal ini tetap dipertahankan, meskipun pelukis baru yang lebih kreatif mulai bermunculan," jelasnya.
Tahun 1998 jumlah pelukis lebih 600 orang dan sempat terpuruk akibat krisis ekonomi, namun sekarang telah mampu meningkatkan jumlah pelukis muda dan desa Jelekong pun berkembang sebagai Desa Wisata, dengan mengembangkan potensi seni khas daerahnya, seperti seni tari, kerajinan, musik tradisional hingga kuliner, disamping lukisan. Kampung budaya dan seni Jelekong akan menjadi kampung binaan MSI.
Selain itu Sari Ramdani menambahkan, MSI juga telah membantu merenovasi ruang topeng Gajah Mada di istana Blah Batu Gianyar Bali.
Ketua Dewan Pembina Mitra Seni Indonesia Sri Harmoko mengatakan perkumpulan MSI adalah non-politik dan nirlaba. Kegiatan MSI adalah melestarikan budaya dan seni Indonesia.
"Anak-anak dan cucu-cucu pun ikut. Kita harus melestarikan budaya Indonesia. Termasuk budaya dan seni yang harus dilestarikan. MSI tadinya pengembangan adalah Yayasan Seni Rupa Indonesia. Pendirinya Ibu Sanyoto, Titiek Soeharto dan saya. Alhamdulillah anggotanya sudah 807. Anggotanya mulai dari 25 tahun sampai 87 tahun," jelas Sri Harmoko.
Sementara itu Ketua Panitia Pagelaran "Senandung Cinta 2019", Poppy Hayono Isman menjelaskan bahwa pagelaran Senandung Cinta ini menampilkan keindahan dan kecantikan lirik sebuah lagu dari film layar lebar yang menggambarkan betapa tingginya nilai Cinta dan Kasih seseorang kepada Tuhan, pada Tanah Air, pada Kekasih, pada Anak, pada Sesama. Seni Jendela Hati Kita, tambahnya.
Poppy berharap, mudah2an “Senandung Cinta” suatu saat akan menjadi produk andalan MSI.
Mitra Seni Indonesia (MSI) adalah perkumpulan nirlaba dan non politik sebagai wadah bagi pemerhati, pencinta dan pelaku seni dan budaya.
Kegiatan pagelaran ini sejalan dengan visi/misi yang diemban Mitra Seni Indonesia untuk mendorong kreativitas, daya cipta seni para anggota dan masyarakat Indonesia pada umumnya, dalam melestarikan dan mengembangkan seni dan budaya Indonesia.
Hasil dari Pagelaran Senandung Cinta kali ini akan disumbangkan kepada 5 seniman berprestasi, yang telah dikaji oleh tim Litbang MSI, yaitu pertama, Pardiman Djojonegoro pendiri Acapella Mataraman, bersama beberapa seniman tradisonal yang kreatif mendirikan pusat pelatihan karawitan-PLK dengan metode baru yang menarik bagi masyarakat; kedua, Kusdono Rastika pelukis kaca yang ingin melestarikan dan mengembangkan kejayaan Rastika, ayahnya, yang merupakan Maestro Pelukis Kaca Cirebon. Ketiga, Museum Pustaka Lontar, merupakan gerakan swadaya masyarakat Desa Dukuh Penaban di Karangasem Bali, yang melakukan pendataan kembali secara aksara latin dan secara digital untuk pelestarian, agar dapat dipelajari masyarakat luas.
Keempat, Sagiyo adalah petatah kulit paling senior di Yogyakarta telah berkarya 45 tahun serta mengajar kepada generasi penerus untuk pelestarian & pengembangkan seni tatah kulit.
Kelima, adalah Andre Sujarwo, seorang Koreografer dan pelatih tari dari MSI. Saat ini sedang masa pemulihan paska Stroke. Semangat untuk dapat beraktivitas kembali patut dihargai.
Sumber: http://m.rri.co.id/post/berita/741122/budaya_dan_wisata/senandung_cinta_2019_perhelatan_kepedulian_mitra_seni_indonesia_kepada_pelaku_seni.html